From: "Buletin An-nur" [buletin@alsofwah.or.id]
To: "Info Al-Sofwah" [info@alsofwah.or.id]
Date: 1/24/01 4:10PM
Subject: Buletin Online Pekan 4 ; Syawal 1421H ; 3
NASIHAT UNTUK PEMIMPIM
Definisi Nasihat
Nasihat secara etimologi berasal dari kata nashaha
yang berarti khalasa yaitu murni. Adapun nasihat
menurut Abu Amr bin Salah adalah menghendaki suatu
kebaikan untuk orang lain dengan cara ikhlas baik
berupa tindakan atau kehendak.
Pentingnya Nasihat
Dalam pandangan Islam, nasihat adalah pilar agama yang
sangat penting dan penyanggah kebenaran yang paling
fundamental sehingga Rasulullah menegaskan dalam
haditsnya:
Dari Tamim Ad Dary bahwasannya Nabi bersabda: "Agama
adalah Nasihat". kami bertanya: Untuk siapa? Beliau
bersabda: "Untuk Allah, KitabNya, Rasul-Nya dan para
pemimpin kaum muslimin serta seluruh Umat Islam". (H.R
Muslim dan An-Nasa' )
Nasihat kepada pemimpin
Nasihat terhadap pemimpin adalah permasalahan yang
jarang mendapat penjelasan secara baik sesuai dengan
asas hukum Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Sebagian orang
terkadang kurang profesional dan tidak terpuji dalam
mengoreksi kekurangan sikap para pemimpin bahkan
melanggar kaedah-kaedah dasar Islam dalam menegakkan
prinsip amar ma'ruf nahi munkar terhadap para
pemimpin, di antara mereka menempuh cara demo, membuat
makar politik sehingga tidak jarang menimbulkan
kekacauan dan keresahan dan sebagian yang lainnya
menempuh cara terorisme.
Menasihati pemimpin termasuk perkara yang paling
diridhai Allah sebagai-mana sabda Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam : "Sesungguhnya Allah rela terhadap
tiga perkara dan benci terhadap tiga perkara; Dia rela
apabila kalian menyembah-Nya, perpegang teguh terhadap
tali Allah dan meNasihati para pemimpin. Dan Allah
benci terhadap pembicaraan sia-sia,
menghambur-hamburkan harta dan banyak pertanyaan".
v
Subtansi Nasihat kepada Pemimpin
Nasihat terhadap para pemimpin berarti membantu mereka
dalam menegakkan kebenaran, mentaati mereka dalam
kebenaran, mengingatkan mereka dengan cara lembut dan
sopan terhadap hak-hak rakyat dan tidak melakukan
pemberontakan.
Imam Nawawi berkata bahwa menasihati para pemimpin
berarti menolong mereka untuk menjalankan kebenaran,
mentaati mereka dalam kebaikan, mengingatkan mereka
dengan lemah lembut terhadap kesalahan yang mereka
berbuat, memperingatkan kelalaian mereka terhadap
hak-hak kaum muslimin, tidak melakukan pemberontakan
dan membantu untuk menciptakan stabilitas negara.
Imam Al Khattaby berkata bahwa termasuk nasihat
terhadap pemimpin adalah shalat berjamaah di belakang
mereka, jihad bersama mereka, membayar zakat kepada
mereka, tidak keluar dari mentaati mereka tatkala
terjadi penyelewengan dan kedhaliman, tidak memuji
secara dusta dan selalu mendo'akan kebaikan untuk
mereka.
Dan nasihat yang paling penting adalah mendatangi
mereka dalam rangka untuk menyampaikan kekurangan dan
kebutuhan umat serta menjelaskan kelemahan para
pejabat khususnya hal-hal yang berdampak negatif bagi
umat. Mengingatkan agar takut kepada Allah dan hari
akherat, mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan
melarang tentang kemungkaran serta mendorong mereka
agar hidup sederhana dan wara'.
Macam-macam pemimpin
Para pemimpin kaum muslimin terbagi menjadi dua:
a. Pemimpin fajir atau jahat
Pemimpin yang fajir atau jahat yaitu pemimpin yang
hanya berambisi terhadap kekuasaan belaka, perbuatan
mereka tidak pernah sepi dari penganiayaan dan
kedhaliman dan tidak segan-segan melibas siapa saja
yang mencoba untuk menggoyang kekuasaannya meskipun
dia melanggar syari'at. Tidak adil dalam memberikan
hak-hak umat serta boros terhadap harta negara.
Faktor penyebab rosaknya para pemimpin
1.. Lemahnya pengamalan prinsip agama.
2.. Senang mengikuti hawa nafsu dan kesenangan dunia
belaka.
3.. Sikap kolusi dan nepotisme yang berlebihan.
4.. Teman dan penasihat kepercayaan yang tidak baik
atau menjadikan orang-orang kafir sebagai pembantu
kepercayaan.
5.. Menyerahkan kekuasaan dan jabatan kepada
orang-orang yang tidak berjiwa patriot dan ihklas.
6.. Diktator dalam mengendalikan kekuasaan.
7.. Tekanan internasional terhadap para pemimpin
Islam.
8.. Terpengaruh dengan sistem negara-negara kafir
dan meninggalkan sistem Islam.
b. Pemimpin yang adil lagi bijaksana
Pemimpin yang adil lagi bijaksana artinya selalu
mendahulukan kebenaran dan kepentingan umum,
sungguh-sungguh dalam menerapkan syariat Islam dan
sangat adil lagi bijaksana dalam memberikan hak-hak
umat serta hidup sederhana dan tidak berlebihan dalam
membelanjakan harta negara.
Cara Menasihati Pemimpin
Islam memiliki etika tersendiri dalam menasihati para
pemimpin bahkan mempunyai kaedah-kaedah dasar yang
tidak boleh dilecehkan sebab pemimpin tidak sama
dengan rakyat. Apabila menasihati kaum muslimin secara
umum perlu memakai kaedah dan etika, maka menasihati
para pemimpin lebih perlu memperhatikan kaedah dan
etikanya.
Dari Hisyam Ibnu Hakam meriwayat-kan bahwa Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang ingin menasihati pemimpin, maka
jangan dilakukan secara terang-terangan. Akan tetapi
nasihatilah dia di tempat yang sepi, jika menerima
nasihat itu, maka sangat baik dan bila tidak
menerimanya, maka kamu telah menyampaikan kewajiban
Nasihat kepadanya". (H.R Imam Ahmad).
Sangat tidak bijaksana mengoreksi kekeliruan para
pemimpin lewat mimbar atau tempat-tempat umum sehingga
menimbulkan banyak fitnah. Seharusnya menasihati para
pemimpin dengan cara lemah lembut dan di tempat yang
rahasia sebagaimana yang dilakukan oleh Usamah bin
Zaid tatkala menasihati Utsman bin 'Affan bukan dengan
cara mencaci-maki mereka di tempat umum atau mimbar.
Imam Ibnu Hajar berkata bahwa Usamah telah menasihati
'Ustman bin 'Affan dengan cara yang sangat bijaksana
dan beretika tanpa menimbulkan fitnah dan keresahan.
Imam Syafi'i berkata bahwa barang-siapa yang
menasihati temannya dengan rahasia, maka dia telah
menasihati dan menghiasainya dan barang-siapa yang
menasihatinya dengan terang-terangan, maka dia telah
mempermalukan dan merosaknya.
Imam Al Fudhail bin 'Iyadh berkata: Orang mukmin
menasihati dengan cara rahasia dan orang jahat
menasihati dengan cara melecehkan dan memaki-maki.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: Menasihati para
pemimpin dengan cara terang-terangan lewat
mimbar-mimbar atau tempat-tempat umum bukan cara atau
manhaj salaf, sebab demikian itu akan mengakibatkan
keresahan dan menjatuhkan martabat para pemimpin, akan
tetapi manhaj salaf dalam menasihati pemimpin adalah
dengan mendatanginya, mengirim surat atau menyuruh
salah seorang ulama yang dikenal untuk menyampaikan
Nasihat tersebut.
Bersabar terhadap pemimpin yang zhalim
Barangsiapa yang tidak memiliki kemampuan untuk
menasihati pemimpin yang zhalim, maka sebaiknya
berdiam diri dan bersabar. sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Barangsiapa yang mendapatkan dari pemimpin sesuatu
yang tidak menyenangkan, maka hendaklah bersabar,
sesungguhnya barangsiapa yang keluar dari pemimpin,
maka meninggal dalam keadaan jahiliyah". (HR.
Al-Bukhari)
Abdullah Ibnu Abbas berkata: "Pemimpin adalah ujian
bagi kalian, apabila mereka bersikap adil, maka dia
mendapat pahala dan kamu harus bersyukur dan apabila
dia zhalim, maka dia mendapatkan siksa dan kamu harus
bersabar."
Imam Nawawi berkata: "Barangsiapa yang mendiamkan
kemungkaran seorang pemimpin tidak berdosa kecuali dia
menunjukkan sikap rela, setuju atau mengikuti
kemungkaran tersebut"
Bekal bagi orang yang menasihati pemimpin
1. Ikhlas dalam memberi nasihat.
Nabi Muhammad bersabda kepada Abdullah bin Amr:'
Wahai Abdullah bin Amr jika kamu berperang dengan
sabar dan ikhlas, maka Allah akan membangkitkan kamu,
sebagai orang yang sabar dan ikhlas dan jika kamu
berperang karena riya', maka Allah akan membangkitkan
kamu sebagai orang riya dan ingin dipuji". (HR. Abu
Daud)
Imam Ibnu Nahhas berkata: Orang yang menasihati
pemimpin atau kepala negara hendaknya mendahulukan
sikap ikhlas untuk mencari ridha Allah. Barangsiapa
yang mendekati pemimpin untuk mencari pengaruh atau
jabatan atau pujian maka dia telah berbuat kesalahan
yang besar dan melakukan perbuatan sia-sia.
2. Menjauhi segala macam ambisi pribadi.
Seorang yang menasihati pemimpin sebaiknya menaggalkan
segala ambisi dan keinginan pribadi untuk mendapat-kan
sesuatu dari pemimpin atau penguasa. Para ulama salaf
telah banyak memberi contoh dan suri tauladan, seperti
Sufyan Atsaury, beliau sering menolak pemberian para
penguasa khawatir bila pemberian tersebut
menghalanginya untuk mengingkari kemungkaran.
3. Mendahulukan sikap kejujuran dan keberanian
Seorang yang ingin menasihati pemimpin atau penguasa
hendaknya bersikap jujur dan pemberani sebagaimana
sabda Nabi: "Jihad yang paling utama adalah
menyampaikan kebenaran kepada pemimpin yang dhalim".
(HR Abu Daud).
4. Berdoa kepada Allah dengan doa-doa ma'tsur
Dari Ibnu Abbas bahwa beliau berkata: Jika kamu
mendatangi penguasa yang kejam, maka berdoalah:
Allah Maha Besar, Allah Maha Tinggi seru semua
makhluq-Nya, Allah Maha Tinggi dari semua yang saya
takutkan dan khawatirkan. Saya berlindung kepada Allah
yang tiada Tuhan yang haq selain-Nya, Dialah yang
menahan langit yang tujuh sehingga tidak jatuh ke bumi
dengan izin-Nya dari kejahatan hamba-Mu dan para
pengikutnya, bala tentaranya dan para pendukungnya
baik dari jin atau manusia. Ya Allah jadilah Engkau
pedampingku dari kejahatan mereka, Maha Tinggi
kekuasaan Allah dan Maha Agung serta Maha Berkah
Nama-Nya tiada Tuhan selain Engkau - dibaca tiga kali-
(H.R Ibnu Abu Syaibah)
Demikian sekilas penjelasan tentang kaedah dan etika
dalam fikih Nasihat khususnya Nasihat kepada para
pemimpin kaum muslimin. (Zaenal Abidin).
Rujukan: Haqiqatul Amr bil MaĈruf wa nahi ĉanil
Mungkar, Dr. Hamd bin Nasir Al Ammar. Fikih Nasihat,
Fariq Qasim.
Diterbitkan Oleh :
Div.Buletin - Dept.Ilmiah
Yayasan Al-Sofwa
Jl. Raya Lenteng Agung Barat, No.35 Jagakarsa, Jakarta
- Selatan (12610)
Telpon: (021)-788363-27 , Fax:(021)-788363-26
E-mail : info@alsofwah.or.id
WebSite : http://www.alsofwah.or.id